Pengakuan beberapa sahabat radhiyallahu’anhum mengenai kecerdasan dan keutamaan Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu’anhu
- Umar bin al-Khaththab radhiyallahu’anhu.
Abu Bakar radhiyallahu’anhu adalah sosok sahabat Nabi yang sangat cerdas. Oleh karena itu, tak heran jika para Sahabat yang lain memuji akan kecerdasannya. Di antara Sahabat yang mengakui kecerdasan Abu Bakar ialah Umar bin al-Khaththab radhiyallahu’anhu.
Diriwayatkan bahwa saat itu, di Mina, ketika Umar radhiyallahu’anhu sedang melaksanakan hajinya yang terakhir, terjadi pertemuan antara Abdurrahman bin Auf dengan Umar bin al-Khaththab radhiyallahu’anhuma. Abdurrahma radhiyallahu’anhu mengabarkan kepada Umar, bahwa pernah ada segelintir orang yang mengatakan, “Jika Umar telah wafat, maka aku akan membaiat si fulan.”
Seketika itu Umar pun geram. Beliau langsung ingin berbicara di hadapan manusia dan mengingatkan kepada mereka dari sekelompok orang-orang yang ingin mencari masalah. Namun, Abdurrahman mencegahnya seraya berkata,
“Wahai Amirul Mukminin, jangan engkau lakukan hal itu di sini, sebab pada musim haji ini berkumpul orang-orang bodoh dan orang-orang pasaran yang jumlahnya sangat banyak, melebihi jumlah kita. Jika engkau tetap melakukan hal ini, aku khawatir mereka akan salah paham dengan apa yang engkau katakan, sehingga akan terjadi kekacauan. Alangkah baiknya jika kau sampaikan perihal ini nanti, di kota Madinah. Di sana banyak para ulama dan orang-orang yang mulia, dan mereka akan paham dengan apa yang kau katakan.”
Umar pun mengurungkan keinginannya, dan lebih memilih apa yang telah disampaikan oleh Abdurrahman bin Auf.
Sampailah di Madinah. Setelah kumandang adzan selesai, Umar t menaiki mimbar, beliau memulai pidatonya dengan memuji nama Allah, mengingatkan orang-orang dengan ketakwaan yang sebenar-benarnya kemudian beliau berkata sesuatu yang ingin beliau katakan saat itu (ketika di Mina).
“Telah sampai kepadaku sebuah kabar, bahwa ada di antara kalian yang mengatakan, ‘Apabila Umar telah wafat, maka aku akan membai’at si fulan.’ Janganlah seseorang di antara kalian terkecoh dan mengatakan bahwa, ‘Abu Bakar hanyalah kebetulan saja (ketika dibai’at), dan kini telah selesai.’
Ingatlah! Sesungguhnya pengangkatan atas dirinya itu memang benar adanya, namun (dengan pembai’atan tersebut) Allah telah menjaga keburukan terjadi. Tidak ada seorang pun di sini, di antara kalian yang menyamai kedudukan Abu Bakar radhiyallahu’anhu yang dipatuhi oleh seluruh manusia. Dan sesungguhnya beliau adalah orang yang terbaik di antara kita.[1]
Umar bin al-Khaththab radhiyallahu’anhu mengakui kecerdasan Abu Bakar radhiyallahu’anhu di hadapan manusia. Betapa mulianya mereka berdua. Semoga Allah meridhai keduanya.
- Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhu.
‘Abdullah bin ‘Umar t pernah mengatakan,
كُنَّا نُخَيِّرُ بَيْنَ النَّاسِ فِي زَمَنِ النَّبِيِّ فَنُخَيِّرُ أَبَا بَكْرٍ ثُمَّ عُمَرَ بْنَ الخَطَّابِ ثُمَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ y.
“Sungguh, kami membanding-bandingkan kaum Muslimin pada zaman Nabi. Kami pun memilih (mengutamakan) Abu Bakar, kemudian ‘Umar bin al-Khaththab, kemudian ‘Utsman bin ‘Affan y.”[2]
- Abu Hurairah t.
Perhatikan perkataan dari Abu Hurairah berikut, ketika beliau menyebutkan beberapa nama para Sahabat yang paling mulia. Beliau t lebih mendahulukan Abu Bakar daripada yang lainnya.
نِعْمَ الرَّجُلُ أَبُو بَكْرٍ، نِعْمَ الرَّجُلُ عُمَرُ، نِعْمَ الرَّجُلُ عُبَيْدَةَ بْنُ الجَرَّاحِ…إلخ
“Sebaik-baik laki-laki adalah Abu Bakar, kemudian ‘Umar, kemudian ‘Ubaidah bin al-Jarrah….”[3]
Itulah beberapa pengakuan dari para Sahabat y mengenai kecerdasan dan kemuliaan Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu’anhu.. Maka sungguh aneh, jika ada orang yang mencela beliau. Padahal banyak buku sejarah yang menceritakan tentang kehebatan, kemuliaan dan kedermawanan beliau radhiyallahu’anhu.
Selalu Terdepan dalam Beramal
Tidak hanya cerdas dan memiliki ilmu banyak, beliau juga sosok Sahabat yang sangat giat dalam mengamalkan ilmunya. Beliaulah yang paling terdepan dalam beramal. Mari kita simak penuturan dari kisah Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berikut:
Pernah suatu saat, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bertanya kepada para Sahabatnya, “Siapakah di antara kalian yang hari ini berpuasa?” Ada yang menjawab, “Aku.” Ternyata itu adalah suara Abu Bakar. Kemudian beliau radhiyallahu’anhu bertanya kembali, “Siapakah di antara kalian yang hari ini mengantarkan jenazah?” Abu Bakar menjawab lagi, “Aku.” Beliau radhiyallahu’anhu bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini memberi makan orang miskin?” “Aku.” Abu Bakar kembali menyahut. “Siapakah di antara kalian yang hari ini menjenguk orang sakit?” Lagi-lagi Abu Bakar menjawab, “Aku.”
Kemudian beliau menyatakan, “Tidaklah semua amal shalih itu terkumpul pada diri seseorang, melainkan dia akan masuk Surga.”[4]
Lihatlah bagaimana semangat beliau dalam beramal. Tidaklah amalan yang ditanyakan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pada saat itu, melainkan Abu Bakar telah mengamalkannya di hari itu juga. Masya Allah! Sungguh teladan yang sangat hebat. Sudah selayaknya kaum Muslimin meniru akhlak dan kepribadian beliau.
Bersambung, insya Allah ….
Ditulis Oleh:
al-Faqir Abu Yusuf Wisnu Prasetya, S.H
[1]Al-Hafidz Ibnu Katsir, Perjalanan Hidup Empat Khalifah yang Agung, Terj, Abu Ihsan al-Atsary (hal. 49-51[Secara ringkas dengan gaya bahasa yang sedikit berbeda]).
[2]HR. Al-Bukhari (no. 3655).
[3]HR. At-Tirmidzi (no. 3795). Beliau menyatakan bahwa hadits ini Hasan.
[4]HR. Muslim (no. 1028).