
JAKARTA – Puasa di bulan Muharram boleh dibilang memiliki keutamaan yang baik. Bulan Muharram termasuk salah satu dari empat bulan haram (suci) dalam Islam yang dimuliakan oleh Allah. Bulan ini memiliki kedudukan khusus dalam syariat, dan Nabi ﷺ menyebutnya sebagai “Syahrullah” (bulan Allah), menunjukkan kemuliaan dan keistimewaannya.
Namun, apakah ada ibadah tertentu selain puasa di bulan Muharram?
Keutamaan Puasa di Bulan Muharram
Dalam hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (no. 1163), Nabi ﷺ bersabda:
“أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ”
“Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, yaitu Muharram. Dan shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim)
Dari hadis ini, jelas bahwa puasa sunnah di bulan Muharram adalah ibadah yang sangat dianjurkan. Bahkan disebut sebagai puasa yang paling utama setelah Ramadhan.
Hadis Lemah tentang Keutamaan Muharram Secara Umum
Terdapat riwayat dari sahabat Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه bahwa Nabi ﷺ menganjurkan untuk berpuasa di bulan Muharram karena di dalamnya Allah menerima taubat suatu kaum.
روى الترمذي (741) وغيره: عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ إِسْحَاقَ، عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ عَلِيٍّ، قَالَ: سَأَلَهُ رَجُلٌ، فَقَالَ: أَيُّ شَهْرٍ تَأْمُرُنِي أَنْ أَصُومَ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ؟
قَالَ لَهُ: مَا سَمِعْتُ أَحَدًا يَسْأَلُ عَنْ هَذَا، إِلَّا رَجُلًا سَمِعْتُهُ يَسْأَلُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَنَا قَاعِدٌ عِنْدَهُ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ شَهْرٍ تَأْمُرُنِي أَنْ أَصُومَ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ؟
قَالَ: إِنْ كُنْتَ صَائِمًا بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ فَصُمُ المُحَرَّمَ، فَإِنَّهُ شَهْرُ اللَّهِ، فِيهِ يَوْمٌ تَابَ فِيهِ عَلَى قَوْمٍ، وَيَتُوبُ فِيهِ عَلَى قَوْمٍ آخَرِينَ
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (no. 741) dan lainnya:
Dari Abdurrahman bin Ishaq, dari An-Nu’man bin Sa’d, dari Ali (bin Abi Thalib), ia berkata:
“Seorang laki-laki bertanya kepadanya (Ali): ‘Bulan apakah yang engkau perintahkan agar aku berpuasa setelah bulan Ramadhan?’
Maka Ali menjawab: ‘Aku tidak pernah mendengar seseorang bertanya tentang hal ini, kecuali seorang laki-laki yang pernah aku dengar bertanya kepada Rasulullah ﷺ, saat itu aku duduk di samping beliau.
Laki-laki itu bertanya: ‘Wahai Rasulullah, bulan apakah yang engkau perintahkan agar aku berpuasa setelah bulan Ramadhan?’
Maka Rasulullah ﷺ menjawab: ‘Jika engkau ingin berpuasa setelah bulan Ramadhan, maka berpuasalah di bulan Muharram. Sesungguhnya itu adalah bulan Allah, di dalamnya terdapat hari di mana Allah menerima taubat suatu kaum, dan Dia akan menerima taubat kaum yang lain (di hari itu).’”
Namun hadis ini dinyatakan dhaif (lemah) oleh para ulama hadits, seperti:
- Imam Al-Albani dalam Da’if Sunan At-Tirmidzi
- Para peneliti Musnad Ahmad
- Imam Adz-Dzahabi dalam Al-Mughni
- Ibnu Hajar dalam Tahdzib At-Tahdzib
Penyebab kelemahannya adalah adanya perawi yang majhul (tidak dikenal) dan dhaif, seperti Abdurrahman bin Ishaq dan An-Nu’man bin Sa’d.
Adakah Keutamaan Khusus di 10 Hari Pertama Muharram?
Sebagian orang mengira bahwa 10 hari pertama bulan Muharram memiliki keutamaan tertentu dalam ibadah sebagaimana 10 hari pertama Dzulhijjah atau 10 malam terakhir Ramadhan. Namun, tidak ada dalil shahih yang menetapkan keutamaan ibadah khusus pada 10 hari pertama Muharram.
Ibnu Rajab rahimahullah menjelaskan:
وقد وقع هذا في بعض نسخ كتاب “فضائل العشر” لابن أبي الدنيا: عن أبي عثمان، عن أبي ذر، عن النبي صلى الله عليه وسلم: ( أنه كان يعظم هذه العشرات الثلاث )، وليس ذلك بمحفوظ ” انتهى. “لطائف المعارف” (ص 88)
“Dalam sebagian naskah kitab Fadhailul ‘Asyr karya Ibnu Abi Dunya disebutkan bahwa Nabi ﷺ mengagungkan tiga kelompok sepuluh hari:
- Sepuluh pertama Muharram
- Sepuluh pertama Dzulhijjah
- Sepuluh terakhir Ramadhan
Tetapi hadis ini tidak dapat dipertanggungjawabkan (tidak shahih).”
(Latha’if al-Ma’arif, hlm. 88)
Kesimpulan
Yang benar dan dapat dijadikan pegangan adalah:
1. Tidak ada ibadah khusus selain puasa yang dianjurkan secara spesifik di bulan Muharram.
2. Yang paling ditekankan adalah puasa, terutama:
- Puasa ‘Asyura (tanggal 10 Muharram)
- Puasa Tasu’a (tanggal 9 Muharram)
- Dan secara umum memperbanyak puasa di seluruh bulan ini.
3. Tidak terdapat dalil shahih tentang keutamaan ibadah selain puasa, seperti sedekah khusus, dzikir khusus, atau qiyamul lail secara khusus di bulan ini.
4. Maka, seorang Muslim yang ingin menghidupkan bulan Muharram sebaiknya memperbanyak puasa, dengan tetap melaksanakan ibadah lain yang umum seperti shalat malam, membaca Al-Qur’an, dan menjauhi maksiat, tanpa mengkhususkan amalan tertentu tanpa dalil.
Wallahu a’lam.
Ditulis oleh: Abu Utsman Surya Huda Aprila